Rabu, 26 Maret 2014

Sepucuk Surat



·         “Surat lagi!” seruku
Ini kali keduanya aku mendapatkan potongan surat, aku mencari nama pengirim dan sama seperti potongan surat yang pertama tidak ada nama pengirimnya. Aku kepikir kalau pengirim potongan surat yang kedua ini sama dengan yang pertama.
“Kenapa sayang?” tanya mama
“Ada surat lagi ma” jawabku
“Dari siapa fan?” tanya mama lagi
“Nggak tau ma” kataku, “nggak ada nama pengirimnya”
“Mungkin dari fans kamu” tebak mama.
Fans? Nggak mungkin lah. Aku menyimpan potongan surat kedua ini dengan yang pertama, aku semakin penasaran siapa yang mengirim potongan surat ini. Misterius banget.
“Aduh, kesiangan lagi” ucapku dengan nada yang kesal, aku pun harus buru-buru mandi dan pakai seragam sekolahku.
“Ma, aku berangkat ya” kataku dan langsung mencium pipinya
“kamu nggak mau diantar aja?” tanyanya
“Nggak ma” jawabku

Sekarang aku memang lebih memilih angkutan umum ke sekolah karena aku nggak mau merepotkan mereka.
Akhirnya, aku sampai juga di halte busway, setelah mendapatkan tiketnya aku langsung mecarinya. Itu dia.
Sebenarnya, ini alasan utama aku menggunakan angkutan umum.
“Untung masih ketemu” batinku

Dia terlihat lebih cool sekarang, rasanya senang banget masih bisa ketemu. Nggak sia-sia juga usahaku yang terburu-buru berangkat dari rumah hanya untuk bisa bertemu dengannya.
Aku memutuskan duduk di sampingnya yang kebetulan kosong sembari menunggu busnya. Aku memainkan HP ku untuk menghilangkan rasa saltingku.

Aku hanya bisa memandangnya karena aku sendiri nggak dekat dengannya, bukan hanya nggak dekat tahu namanya nggak, memang nasib ya. Aku hanya tahu kalau dia anak SMA Cendrawasih itu pun karena seragam yang dia gunakan.
Setelah menunggu hampir 15 menit, akhirnya bus yang ditunggu datang juga. Saat dia beranjak dari duduknya aku pun ikutan beranjak. Aku mencoba untuk menyamakan langkahku dengannya sehingga seolah-olah aku berjalan di sampingnya.
Aku tidak mengharapkan banyak hal darinya yang aku mau hanya berkenalan dengannya tapi kenapa mulut ini terasa kaku untuk memanggilnya. Dan yang paling membuat aku bahagia karena sekarang aku bisa duduk bersebelahan dengannya.
“Hai fan” sapa sahabat
“Hai cyn” sapa balik
“Gimana?” tanyanya
“Gimana apanya” ucapku bingung
“Cowok yang buat lo penasaran” kata cynthia
“Oh itu” responku, “tadi aku satu bis lagi”
“Cie-cie” ucapnya, “udah tahu namanya belum?”
“Belum” jawabku, “gimana mau tahu namanya kenalan aja belum”
“yahh, gimana sih fan” kata cynthia yang terlihat kecewa, “udah 3 bulan tapi belum ada perubahan”
“Mau gimana lagi” ucapku
“Lo sih yang terlalu lemot” katanya.

Hari ini aku kurang konsentrasi, pikiranku melayang padanya terlebih saat aku mengingat ucapan Cynthia yang mengatakan aku terlalu lemot. Emang sih bukan hanya Cynthia yang bilang aku lemot, banyak teman-teman aku yang bilang.
“Stefany” ucap pak leo, “jangan bengong”
“Iya pak” kataku
“Cyn, aku pulang duluan ya” pamitku
“Oke” katanya, “hati-hati”
“Pasti” ucapku
Aku mempercepat langkahku menuju halte busway rasanya ingin cepat-cepat sampai di rumah. Aku mau menenangkan diri
“Huffh” desahku

Sepertinya hari ini pikiranku lagi error karena saat membalikkan badan seolah-olah aku melihat dia disana sedang duduk sembari mendengarkan musik dari handphonenya.
“mba” sapa petuganya
“Iya mas” ucapku
“Tiketnya” katanya
“Oh iya” ucapku sembari memberi tiketnya, “maaf ya mas”

Aku kembali mencoba melihat ke arah bangku itu ternyata dia masih ada, mungkin sekarang aku sedang bermimpi sehingga aku mengucek mataku, mencoba membangunkanku dari mimpi, tapi ternyata dia masih ada.
“Ini bukan mimpi” batinku senang

Di dalam bus aku kembali duduk bersebelahan dengannya, 20 menit kemudian aku pun sampai di halte tempat aku turun. Dan sebelum keluar dari bus aku melirik padanya, dia masih tidur.
“Ganteng banget” ucapku pelan

Aku bergegas ke rumah, setelah mengganti seragam sekolahku aku langsung tidur. Aku Cape.
“Jam berapa ni” ucapku kembali mengucek mata. Aku melirik ke arah jam dinding, ya ampun jam 5. Wah hampir 3 jam aku tidur.
“laper” kataku dan berpikir untuk keluar mencari makan
“Ma, aku keluar bentar ya” pamitku
“Kamu mau kemana?” tanya mama
“Beli nasi goreng” ucapku

Saat membuka pintu, aku menemukan potongan surat lagi dan lagi-lagi nggak ada nama pengirimnya.
“lagi-lagi nggak ada namaa pengirimnya” ucapku
“Dapet surat lagi?” tanya mama yang sudah ada di sampingku
“Iya ma” jawabku, “mama tahu nggak siapa yang ngirim”
“Mama nggak tahu sayang” ucap sang ma
“kira-kira siapa ya ma” kataku
Mama hanya menggeleng, “kamu nggak jadi beli nasi goreng”
“Nggak ma” ucapku

Keesokan harinya aku menceritakan pada Cynthia saat aku mendapatkan potongan surat misterius ini.
“Dari fans lu kali” tebak Cynthia
“Fans?” ucapku mengulangi, “nggak mungkin”
“Kenapa nggak mungkin fan” kata Cynthia
“Emang ada cowok yang mau sama cewek lemot kayak aku” ucapku
“Mungkin aja ada” kata Cynthia

Di kantin aku hanya memikirkan soal potongan surat itu dan setelah aku pikir-pikir, aku sadar kalau potongan-potongan surat itu selalu aku temukan di sore hari. Dan hari ini aku bermaksud mencari tahu.
“Cyn, aku pulang duluan ya” pamitku

Hari ini aku berniat untuk tidak tidur siang karena aku mau tahu siapa yang mengirimnya. Jadi aku menghabiskan waktuku dengan menonton TV.
“Kamu nggak tidur fan?” tanya mama
“Nggak ma” jawabku

Belum ada setengah jam rasa kantuk sudah menyerangku, aku mencoba untuk menahannya tapi nggak bisa hingga akhirnya aku tertidur.
“Fan, bangun sayang” ucap mama
“Ma, sekarang jam berapa?” tanyaku
“jam 6″ jawab mama
“Ha?” ucapku kaget

Dengan terburu-buru aku berlari ke arah pintu dan dugaan aku benar. Aku kembali mendapatkan potongan surat hanya kali ini aku bukan hanya mendapatkan potongan surat saja, aku juga mendapatkan nasi goreng. Makanan kesukaanku.
“Telat deh” ucapku
“Potongan surat lagi?” Tanya mama
“Iya ma” jawabku, “bukan hanya potongan surat ma”
“Memangnya kamu dapat apa lagi?” Tanya lagi
“Dia ngasih aku nasi goreng” jawabku
“Itu kan makanan kesukaan kamu” ucap mama

Aku hanya mengganngguk dan kembali ke kamar. Aku menyatukan potongan surat yang keempaat ini dengan potongan surat yang lain. Aku memandangi nasi goreng ini dan memutuskan untuk mencicipinya.
“Enak” ucapku

Mungkin karena lapar juga aku menghabiskan nasi goreng ini tanpa ada sisa ditambah rasa dari nasi gorengnya juga enak.
“Lo dapat potongan surat lagi?” tanya Cynthia
“Iya” jawabku
“Terus nggak ada nama pengirimnya lagi?” tanya lagi
“Yah begitulah” ucapku
“Benar–benar misterius itu orang” katanya
“Pokoknya aku harus cari tahu siapa pengirimnya” ucapku
“Gimana caranya?” tanyanya
“Aku selalu mendapatkan potongan surat ini sore hari” jawabku
“Terus” ucap Cynthia
“Aku yakin kalau dia meletakkan surat ini di depan pintu rumahku sewaktu aku tidur”
“Jadi maksud lo…” kata Cynthia yang mulai mengerti
“Iya aku nggak akan tidur hari ini” ucapku
“Serius bisa?” kata Cynthia, “kemarin aja lo ketiduran”
“Aku yakin pasti bisa” ucapku optimis

Sesampai di rumah aku langsung menonton TV tanpa mengganti seragam sekolahku.
“Ma” pangilku
“Kenapa sayang?” tanya mama
“Mama ada kopi nggak?” ucapku
“Buat apa?” tanya mama yang kelihatan bingung
“Buat diminum lah ma” jawabku
“Ada” ucap mama, “mama buatin ya”

Untuk menghilangkan rasa ngantuk aku melakukan berbagai cara termasuk kopi dan hasilnya lumayan memuaskan.
Setelah menunggu hampir 2 jam aku mendengar suara langkah kaki dan tan panjang aku langsung membuka pintu. Dan ternyata.
“Kamu” ucapku kaget. Dan aku melihat di tangannya ada potongan surat, “jadi potongan surat itu kamu yang ngirim”

Dia memberikan potongan surat itu padaku. Aku langsung membaca dan akhirnya aku tahu maksud dia mengirim potongan surat-surat itu.
“Ini aku bawa bunga mawar” ucapnya, “bunga kesukaan kamu kan?”
“Kau tahu dari mana?” tanyaku
Dia nggak menjawab apa–apa, tapi “aku Steven” ucapnya menjulurkan tangan
Aku pun membalasnya, “Stafany”

Sekarang aku merasa lega dan puas, ternyata dia juga ingin berkenalan denganku. Aku akan memberitahu Cynthia besok kalau aku sudah tahu siapa nama cowok yang selalu aku temui di halte Busway, dia adalah orang yang mengirim sepucuk surat ini. Aku kembali membaca potongan-potongan surat ini yang telah ketempel menjadi satu.
1. Awalnya aku biasa saja melihatmu nggak ada hal yang menarik darimu. Tapi sekarang sudah satu bulan aku hanya memperhatikanmu, memperhatikan tingkah lakumu yang konyol yang selalu mengundang rasa penasaranku untuk lebih mengenalmu.
2. Ini adalah potongan surat yang kedua. Aku selalu meletakkan potongan surat ini dengan penuh rasa takut di depan pintu rumahmu. Ingin rasanya aku mengetuk dan memberikan langsung surat ini padamu tapi sayang aku terlalu takut untuk melakukannya.
3. Potongan surat ketiga ini, aku hanya ingin memberitahukan padamu kalau aku selalu mencari tahu tentangkamu dari orang lain. Aku ingin lebih mengenalmu. Hanya dengan cara ini lah aku bisa mengenalmu.
4. Saat aku tahu makan kesukaan kamu nasi goreng aku sedikit kaget, tapi itu nggak jadi masalah justru menjadi sebuah keuntungan untuk aku karena aku nggak ribet untuk membuatnya.
5. Aku berharap ini adalah potongan surat terakhir. Aku telah menjadi orang yang misterius untukmu. Aku nggak mau membuat menjadi takut. Aku akan mencoba untuk memberanikan diriku sendiri untuk berkenalan secara langsung denganmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar