DI zaman yang berputar dengan cepat dan
riuh ini, informasi dan networking menjadi semacam kata kunci bagi semua perkembangan
maupun kemandegan. Mandegnya perkembangan seni dan budaya Indonesia sangat mungkin
diakibatkan oleh miskinnya informasi yang dimiliki para penggerak kegiatan seni dan
budaya.
Rupanya didorong kesadaran demikian itulah
Yayasan Kelola di Surakarta yang dipimpin Amna Sardono menerbitkan Direktori Seni dan
Budaya Indonesia 2000. Yayasan itu memang bergerak di wilayah seni. Direktori ini
menyajikan informasi yang terlengkap-paling tidak untuk saat ini-tentang organisasi
kesenian dan kebudayaan di 26 provinsi di Indonesia.
Kelengkapan data ini dapat dilihat melalui
kriteria informasi organisasi kesenian yang didata dan jumlah entri organisasi kesenian
tiap provinsi yang ada di dalamnya. Di provinsi Aceh saja, tempat yang pada saat informasi
dikumpulkan sedang tidak begitu ramah untuk kegiatan seni dan budaya, tercatat ada enam
puluh tujuh organisasi kesenian. Di Yogyakarta, tempat organisasi kesenian tumbuh subur,
tercatat lebih seratus enam puluh organisasi. Di seluruh provinsi minus Banten, karena
pada saat dikumpulkannya data ini Banten masih masuk provinsi Jawa Barat, terdapat 3.869
organisasi kesenian dan kebudayaan. Dapat diduga bahwa masih banyak yang belum terdata.
Organisasi yang didata meliputi yayasan,
organisasi informal, lembaga, institusi pemerintah, yang bergerak di segala bidang
kebudayaan dan kesenian. Cakupannya mulai yang tradisional sampai kontemporer, dari
organisasi yang kegiatannya melestarikan tradisi sastra lisan seperti didong di Aceh
sampai yang bergerak di bidang teater kontemporer seperti Teater Koma di Jakarta.
Kelengkapan data itu didukung oleh
informasi setiap entri organisasi yang tidak hanya memuat nama organisasi dan bentuk
organisasi, tetapi juga alamat organisasi, nomor telepon, nomor faksimile, nomor
handphone, alamat email, alamat website, nama pemimpin, jabatan pemimpin, nama direktur
artistik, nama penghubung atau contact person, jabatan penghubung, tahun berdiri, bidang
kegiatan, aktivitas utama, tujuan organisasi, kegiatan organisasi, fasilitas yang
dimiliki, dan produk yang dihasilkan.
Dengan adanya data nomor telepon dan
faksimile maka kendala jarak dapat teratasi. Bahkan jika data alamat email dan website
dapat digunakan untuk kebutuhan pembangunan jaringan dan informasi, maka waktu dan jarak
serasa dapat dilipat.
Hal ini dibuktikan sendiri oleh panitia
penyelenggara Jakarta International Film Festival (JIFFEST). Tulisnya dalam direktori ini
bahwa kelengkapan direktori memberi informasi bagi mereka untuk mempromosikan JIFFEST
secara luas dan efektif sehingga JIFFEST mendapat sambutan yang menggembirakan.
***
EDITOR penyusunan direktori ini adalah
Sapardi Djoko Damono, yang selain bertugas sebagai penyunting, juga menulis seluruh
artikel pada setiap provinsi yang didata. Artikel tersebut adalah lukisan secara ringkas,
padat, dan informatif, tentang situasi kebudayaan dan kesenian suatu provinsi. Misalnya,
ketika direktori memasuki provinsi Maluku, maka Sapardi Djoko Damono mengantarnya dengan
tulisan pendek tentang kebudayaan dan tradisi yang menonjol di provinsi tersebut, seperti
lautan, tradisi bernyanyi dan berdansa, seni ratib, tari salaijin, dan sebagainya.
Jika direktori memasuki provinsi Aceh, maka
artikel pendek berisi tentang Aceh pula. Muncullah keterangan tentang didong dan seudati,
tentang muasal saman dan penduduk Aceh Gayo, dan sebagainya.
Dalam kata pengantar buku, Sapardi
menekankan betapa beragam ekspresi seni dan budaya Nusantara. Karena statement itu
didukung sejumlah deskripsi aktual, padat, tidak dangkal tentang ekspresi seni dan budaya
yang berupa bentuk dan coraknya, maka terhindarlah kesan bahwa ini semacam pesan sponsor
pemerintah tentang "kebhinnekatunggalikaan itu".
Jika harus disebut salah satu kekurangan
buku ini adalah soal kelengkapan entri di beberapa wilayah yang sampai sekarang masih
tidak ramah; seperti Aceh, Maluku, dan Kalimantan Barat. Di tiga wilayah itu, agaknya para
pengumpul data kesulitan untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin sehingga data yang
diperoleh tak selengkap dibandingkan dengan perolehan di daerah lain.
Dalam hal aksesibilitas buku ini bagi
seluruh masyarakat kesenian dan kebudayaan, distribusi buku menjadi urgen. Artinya,
diharapkan penyebaran buku ini sampai ke pelosok-pelosok luar Jawa.
Sekarang, tinggal penggunaan direktori ini
oleh para motor seni dan budaya di seluruh Nusantara. Sayang jika direktori ini tidak
digunakan secara maksimal untuk membangun jaringan, memajukan seni.