Jumat, 22 November 2013

Manajemen Pemasaran Bank Mandiri

Bank Mandiri: Berhasil Gandeng Tujuh Investor di Papua

Food Estate memang sebuah program peningkatan ketahanan pangan yang mimpinya bisa mewujudkan swasembada pangan di Indonesia. Lagi-lagi, dalam sebuah program baru pasti memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan. Salah satunya sektor yang menganggap program ini memiliki potensi yang menggiurkan adalah perbankan. Bank Mandiri, sebagai bank terbesar di Indonesia bahkan menaruh concern khusus terhadap adanya program ini. Hal ini pernah diwujudkan melalui acara Papua Investment Day 2009 yang diadakan oleh Bank Mandiri bulan Oktober 2009 silam. Bagaimanakah kelanjutan dari acara tersebut dan pandangan Bank Mandiri terhadap program ini, Mirza Adityaswara, Chief Economist Bank Mandiri berbagi pandangannya kepada penulis via surat elektronik beberapa waktu silam. Petikannya:
Adanya program food estate ini tentunya menjadi sebuah peluang bagi perbankan untuk menggelontorkan kredit. Bagaimana dengan Bank Mandiri?
Tentunya dengan adanya program Food Estate akan memberikan peluang bagi bank melalui berbagai produk Bank baik produk pembiayaan, simpanan, maupun jasa transaksi keuangan di berbagai tahapan implementasi program, misalnya untuk pembangunan fisik sawah ataupun perkebunan, pembangunan pabrik pengolahan hasil pertanian, pembangunan infrastruktur, pembiayaan perdagangan, transaksi pembayaran dan lain-lain. Khususnya kredit, tentunya pada tahap awal akan banyak dibutuhkan kredit investasi untuk mempersiapkan food estate tersebut.
Bila iya, seberapa serius Bank Mandiri berinvestasi di Food Estate? Mengapa? Dan berapa target eksposure kredit yang akan dikucurkan untuk program Food Estate ini?
Bank Mandiri sangat serius untuk mendukung Food Estate ini. Kami berpendapat bahwa food estate ini sangat strategis terutama untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia, sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar.
Ada pendapat bahwa pertanian risikonya tinggi karena tergantung alam. Kami berpendapat bahwa industri yang bersifat natural resources based seperti: Pertambangan, Energi, Pertanian dalam arti luas yang meliputi Perkebunan, Tanaman Pangan, Perikanan, dan Peternakan bukan merupakan barang baru bagi perbankan karena pada kenyataannya eksposur perbankan di sektor tersebut cukup besar. Jadi, perbankan sudah biasa mengelola resiko itu. Bahkan dibandingkan dengan perbankan di luar negeri, resiko yang ada di Indonesia relatif lebih rendah karena pada negara-negara 4 musim resiko yang ditimbulkan oleh alam bisa lebih banyak jenisnya dan frekwensi kejadiannya lebih sering. Namun demikian, pada kondisi seperti itu perbankan di negara-negara tersebut tetap membiayai sektor pertanian dengan porsi yang besar.
Bank Mandiri memiliki kemampuan yang besar untuk mendukung pembiayaan sektor riil nasional. Pada prinsipnya, apabila pengusaha telah berminat untuk membuka usaha, kemudian usaha tersebut feasible dan bankable, maka Bank Mandiri tidak akan ragu untuk mendukungnya.
Bagaimana dengan hasil dari Papua Investment Day 2009 silam? Apakah beberapa investor yang saat itu diundang oleh Bank Mandiri tertarik dan berniat berinvestasi dalam program Food Estate tersebut? Bila iya, siapa sajakah yang tertarik?
Beberapa investor yang telah melakukan kegiatan konkrit, yaitu:
  1. PT Prima Irian Djaja, saat ini sedang membangun Hotel di Sorong
  2. PT Indomaguro Tunas Unggul (Group PT Indo Thai Fishery value), saat ini telah berkantor di Merauke dan melakukan penangkapan ikan di Laut Arafuru
  3. PT Sumber Intan Lestari, saat ini telah membuka showroom peralatan teknis untuk minyak dan gas di Papua
  4. PT PLN (Persero), telah membentuk satu Direktorat yang baru dengan menambah satu Direktur bidang Operasi Indonesia Timur yang bertujuan mempercepat pemenuhan kebutuhan listrik di Wilayah Indonesia Timur khususnya wilayah Papua dan Paua Barat
  5. PT Pancuran Air Mas Lumintu (Group Bangun Tjipta Sarana) sedang mengembangkan perkebunan jagung yang highly mechanized di Merauke. Pemda Papua juga telah mencadangkan lahan seluas 150.000 Ha di Semayan dengan penanaman awal seluas 20 Ha
  6. Hardaya Inti Plantation (Murdaya Group), telah mendapat Ijin Lokasi perkebunan kelapa Sawit di Merauke seluas 150.000 Ha dan akan dilanjutkan dengan tahap pembebasan lahan pada lokasi tersebut
  7. PT Papua Resource Indonesia (Wilmar Group) telah mendapatkan dukungan tax holiday, fasilitas subsidi bunga, pengurangan PPh untuk rencana pembangunan pabrik gula terintegrasi dengan lahan 20.000 Ha dan kapasitas pabrik 8.000 TCD
Bagaimana Anda mengatasi masalah infrastruktur, sosial dan budaya di Merauke, Papua?
Permasalahan tersebut jelas membutuhkan komitmen tidak hanya pemerintah, namun juga BUMN dan swasta. Infrastruktur yang paling krusial untuk dibenahi adalah listrik, aksesibilitas (laut, darat, dan udara), dan telekomunikasi.
Masalah lain yang perlu penanganan khusus adalah permasalahan hak atas tanah. Seperti diketahui bahwa masih banyak tanah adat (tanah ulayat) di Pulau Papua yang sulit dimanfaatkan untuk kegiatan usaha. Hal ini sangat menghambat pembebasan dan pemanfaatan tanah yang diperlukan untuk membangun sarana dan prasarana sehingga risiko dan biaya pembagunan ekonomi tidak lah murah.
Bank Mandiri sebagai bank terbesar di tanah air, tidak hanya ingin mengangkat potensi dan permasalahan di papua melalui suatu event nasional, namun lebih dari itu. Bank Mandiri ingin ada hasil konkrit, tidak hanya wacana, untuk membangun Papua. Acara Papua Investment Day betul-betul dapat mempertemukan seluruh pemangku kepentingan dalam suatu forum sehingga pada akhirnya terdapat hasil konkrit berupa kegiatan investasi yang telah dimulai di bidang pertanian, pariwisata, dan lain-lain.
Hal ini juga membuat pemda lain di KTI merasa bahwa acara PID memang betul-betul bermanfaat, sehingga beberapa waktu yang lalu pemda Maluku datang langsung ke Dirut Bank Mandiri untuk dapat difasilitasi seperti halnya Papua. Itu lah yang mendorong kami untuk menyelenggarakan Maluku Investment Day di bulan April yang akan datang. Presiden RI pun sempat menyatakan dukungan atas acara Maluku Investment Day pada acara hari perdamaian dunia di Ambon bulan November 2009 yang lalu. Bahkan, Beliau memberikan arahan kepada semua pihak terkait agar mendukung acara tersebut.
Menurut Anda apa multiplier effect dari Food Estate ini?
Integrasi pangan dan energi merupakan kebutuhan yang sangat seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi alternatif ke depan. Selama model bisnisnya tetap dapat menjaga kepentingan para petani kecil, maka efek penggandanya tidak hanya dapat dirasakan bagi industri besar, namun juga bermanfaat bagi industri menengah, kecil dan bahkan mikro. Dari sisi daya saing global, ketahanan pangan dan energi juga dapat mengurangi ketergantungan impor dan meningkatkan daya saing ekspor sehingga dapat mendukung triple track strategy yang sedang dilakukan pemerintah.
Ada tanggapan konsep Food Estate ini akan merugikan dan membuat petani kecil kalah bersaing yg dalam jangka panjang akan mematikan petani kecil. Tanggapan Anda? Dan solusinya?
Food estate tidak selalu harus berupa perusahaan yang dimiliki oleh beberapa pemilik modal saja, tetapi dapat pula dibentuk dari kumpulan petani-petani yang dikelola oleh suatu management profesional. Untuk mengembangkan model yang melibatkan lebih banyak petani, masih diperlukan penguatan kelembagaan petani itu sendiri sehingga dapat mendukung konsep Food Estate dengan tetap seimbang dan bersinergi antara pengusaha besar dan rakyat/petani kecil.
Selama ada model kemitraan strategis antara petani besar dan kecil, maka tidak perlu ada kekhawatiran bahwa petani kecil akan dirugikan. Kemitraan tersebut berupa:
- Jaminan pembelian bahan baku dari petani.
- Jaminan harga minimum
- Jaminan lahan
- Pemberdayaan petani melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia (pengembangan pengetahuan, pelatihan penggunaan teknologi, dll)
- Dan lain-lain
Selain di Marauke, Food Estate juga akan dikembangkan di Kalimantan. Apakah Anda akan ‘berinvestasi’ juga disana?
Kami berpendapat bahwa food estate memang harus dikembangkan diluar Pulau Jawa yang relatif lebih tersedia lahan dalam skala besar. Skala pertanian yang besar akan meningkatkan efisiensi, daya saing, dan nilai tambah dari produk pertanian itu sendiri. Kembali lagi, apabila usaha tersebut feasible dan bankable, maka Bank Mandiri akan mendukung. Sampai dengan saat ini, telah banyak usaha di Kalimantan yang telah kami dukung pembiayaannya.
Peluang-peluang apa saja yang terbuka dari Food Estate Ini?
Banyak peluang yang akan didapat dari program Food Estate apabila semua stakeholders telah sepakat dan saling mendukung. Semuanya harus bersinergi dalam satu visi, menciptakan industri pangan yang terintegrasi, saling terkait satu sama lain dan saling mendukung sehingga menjadi kekuatan bagi Indonesia.
Contohnya, untuk mencapai swasembada gula, maka dibutuhkan pembangunan pabrik gula yang terpadu dengan perkebunan tebu sampai dengan industri yang lebih hilir pada suatu area yang dikhususkan untuk komoditi tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan pabrik gula yang besar, Bank juga harus memiliki kemampuan melakukan arrangement pembiayaan dengan sindikasi atau cara-cara yang lain sehingga tetap sesuai koridor ketentuan perbankan terutama terkait “legal lending limit”. Kemudian, jika telah berhasil meningkatkan produksi gula sehingga dapat terjadi surplus, maka perlu diputuskan apakah kelebihan itu akan diekspor atau diolah menjadi industri berbasis tebu seperti bioethanol. Bersamaan dengan itu, perlu dibangun sistem perdagangan baik dalam ataupun ke luar negeri serta sistem transportasi dan infrastruktur sehingga kegiatan industri berbasis tebu dapat berjalan lancar.
Setiap tahap pengembangan industri ini akan membuka peluang bagi perbankan untuk mendukung melalui pembiayaan maupun jasa transaksi keuangan lainnya kepada semua pelaku usaha di lingkup food estate tersebut.
Menurut Anda apa saja prasyarat atau prakondisi agar Food Estate ini bisa terwujud?
Menurut hemat kami, hal paling utama untuk mendorong terlaksananya Food Estate adalah kesepakatan pemangku kebijakan untuk menyediakan obyek investasi yang “Clean & Clear”. Obyek investasi yang “Clean & Clear” adalah obyek investasi yang memiliki kepastian hukum, kepastian tata ruang, dukungan perijinan, rencana infrastruktur, kebijakan harga apakah market price atau regulated price, kejelasan visi pengembangan food estate, dan lain-lain. Kepastian-kepastian yang dihasilkan dari kesepakatan para pemangku kebijakan tersebut akan menjamin seluruh stakeholders untuk menjalankan bisnis di food estate, dan menghilangkan resiko ketidakpastian yang merupakan biaya mahal bagi investor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar