Bank Mandiri: Berhasil Gandeng Tujuh Investor di Papua
Food
Estate memang sebuah program peningkatan ketahanan pangan yang mimpinya
bisa mewujudkan swasembada pangan di Indonesia. Lagi-lagi, dalam sebuah
program baru pasti memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan. Salah
satunya sektor yang menganggap program ini memiliki potensi yang
menggiurkan adalah perbankan. Bank Mandiri, sebagai bank terbesar di
Indonesia bahkan menaruh concern
khusus terhadap adanya program ini. Hal ini pernah diwujudkan melalui
acara Papua Investment Day 2009 yang diadakan oleh Bank Mandiri bulan
Oktober 2009 silam. Bagaimanakah kelanjutan dari acara tersebut dan
pandangan Bank Mandiri terhadap program ini, Mirza Adityaswara, Chief
Economist Bank Mandiri berbagi pandangannya kepada penulis via surat
elektronik beberapa waktu silam. Petikannya:
Adanya program food estate ini tentunya menjadi sebuah peluang bagi perbankan untuk menggelontorkan kredit. Bagaimana dengan Bank Mandiri?
Tentunya dengan adanya program Food Estate
akan memberikan peluang bagi bank melalui berbagai produk Bank baik
produk pembiayaan, simpanan, maupun jasa transaksi keuangan di berbagai
tahapan implementasi program, misalnya untuk pembangunan fisik sawah
ataupun perkebunan, pembangunan pabrik pengolahan hasil pertanian,
pembangunan infrastruktur, pembiayaan perdagangan, transaksi pembayaran
dan lain-lain. Khususnya kredit, tentunya pada tahap awal akan banyak
dibutuhkan kredit investasi untuk mempersiapkan food estate tersebut.
Bila iya, seberapa serius Bank Mandiri berinvestasi di Food Estate? Mengapa? Dan berapa target eksposure kredit yang akan dikucurkan untuk program Food Estate ini?
Bank Mandiri sangat serius untuk mendukung Food Estate ini. Kami berpendapat bahwa food estate
ini sangat strategis terutama untuk memperkuat ketahanan pangan
Indonesia, sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat
besar.
Ada pendapat bahwa pertanian risikonya tinggi karena tergantung alam. Kami berpendapat bahwa industri yang bersifat natural resources based seperti:
Pertambangan, Energi, Pertanian dalam arti luas yang meliputi
Perkebunan, Tanaman Pangan, Perikanan, dan Peternakan bukan merupakan
barang baru bagi perbankan karena pada kenyataannya eksposur perbankan
di sektor tersebut cukup besar. Jadi, perbankan sudah biasa mengelola
resiko itu. Bahkan dibandingkan dengan perbankan di luar negeri, resiko
yang ada di Indonesia relatif lebih rendah karena pada negara-negara 4
musim resiko yang ditimbulkan oleh alam bisa lebih banyak jenisnya dan
frekwensi kejadiannya lebih sering. Namun demikian, pada kondisi seperti
itu perbankan di negara-negara tersebut tetap membiayai sektor
pertanian dengan porsi yang besar.
Bank
Mandiri memiliki kemampuan yang besar untuk mendukung pembiayaan sektor
riil nasional. Pada prinsipnya, apabila pengusaha telah berminat untuk
membuka usaha, kemudian usaha tersebut feasible dan bankable, maka Bank Mandiri tidak akan ragu untuk mendukungnya.
Bagaimana
dengan hasil dari Papua Investment Day 2009 silam? Apakah beberapa
investor yang saat itu diundang oleh Bank Mandiri tertarik dan berniat
berinvestasi dalam program Food Estate tersebut? Bila iya, siapa sajakah yang tertarik?
Beberapa investor yang telah melakukan kegiatan konkrit, yaitu:
- PT Prima Irian Djaja, saat ini sedang membangun Hotel di Sorong
- PT Indomaguro Tunas Unggul (Group PT Indo Thai Fishery value), saat ini telah berkantor di Merauke dan melakukan penangkapan ikan di Laut Arafuru
- PT Sumber Intan Lestari, saat ini telah membuka showroom peralatan teknis untuk minyak dan gas di Papua
- PT PLN (Persero), telah membentuk satu Direktorat yang baru dengan menambah satu Direktur bidang Operasi Indonesia Timur yang bertujuan mempercepat pemenuhan kebutuhan listrik di Wilayah Indonesia Timur khususnya wilayah Papua dan Paua Barat
- PT Pancuran Air Mas Lumintu (Group Bangun Tjipta Sarana) sedang mengembangkan perkebunan jagung yang highly mechanized di Merauke. Pemda Papua juga telah mencadangkan lahan seluas 150.000 Ha di Semayan dengan penanaman awal seluas 20 Ha
- Hardaya Inti Plantation (Murdaya Group), telah mendapat Ijin Lokasi perkebunan kelapa Sawit di Merauke seluas 150.000 Ha dan akan dilanjutkan dengan tahap pembebasan lahan pada lokasi tersebut
- PT Papua Resource Indonesia (Wilmar Group) telah mendapatkan dukungan tax holiday, fasilitas subsidi bunga, pengurangan PPh untuk rencana pembangunan pabrik gula terintegrasi dengan lahan 20.000 Ha dan kapasitas pabrik 8.000 TCD
Bagaimana Anda mengatasi masalah infrastruktur, sosial dan budaya di Merauke, Papua?
Permasalahan
tersebut jelas membutuhkan komitmen tidak hanya pemerintah, namun juga
BUMN dan swasta. Infrastruktur yang paling krusial untuk dibenahi adalah
listrik, aksesibilitas (laut, darat, dan udara), dan telekomunikasi.
Masalah
lain yang perlu penanganan khusus adalah permasalahan hak atas tanah.
Seperti diketahui bahwa masih banyak tanah adat (tanah ulayat) di Pulau
Papua yang sulit dimanfaatkan untuk kegiatan usaha. Hal ini sangat
menghambat pembebasan dan pemanfaatan tanah yang diperlukan untuk
membangun sarana dan prasarana sehingga risiko dan biaya pembagunan
ekonomi tidak lah murah.
Bank
Mandiri sebagai bank terbesar di tanah air, tidak hanya ingin
mengangkat potensi dan permasalahan di papua melalui suatu event
nasional, namun lebih dari itu. Bank Mandiri ingin ada hasil konkrit,
tidak hanya wacana, untuk membangun Papua. Acara Papua Investment Day
betul-betul dapat mempertemukan seluruh pemangku kepentingan dalam suatu
forum sehingga pada akhirnya terdapat hasil konkrit berupa kegiatan
investasi yang telah dimulai di bidang pertanian, pariwisata, dan
lain-lain.
Hal
ini juga membuat pemda lain di KTI merasa bahwa acara PID memang
betul-betul bermanfaat, sehingga beberapa waktu yang lalu pemda Maluku
datang langsung ke Dirut Bank Mandiri untuk dapat difasilitasi seperti
halnya Papua. Itu lah yang mendorong kami untuk menyelenggarakan Maluku
Investment Day di bulan April yang akan datang. Presiden RI pun sempat
menyatakan dukungan atas acara Maluku Investment Day pada acara hari
perdamaian dunia di Ambon bulan November 2009 yang lalu. Bahkan, Beliau
memberikan arahan kepada semua pihak terkait agar mendukung acara
tersebut.
Menurut Anda apa multiplier effect dari Food Estate ini?
Integrasi
pangan dan energi merupakan kebutuhan yang sangat seiring dengan
meningkatnya kebutuhan energi alternatif ke depan. Selama model
bisnisnya tetap dapat menjaga kepentingan para petani kecil, maka efek
penggandanya tidak hanya dapat dirasakan bagi industri besar, namun juga
bermanfaat bagi industri menengah, kecil dan bahkan mikro. Dari sisi
daya saing global, ketahanan pangan dan energi juga dapat mengurangi
ketergantungan impor dan meningkatkan daya saing ekspor sehingga dapat
mendukung triple track strategy yang sedang dilakukan pemerintah.
Ada tanggapan konsep Food Estate ini
akan merugikan dan membuat petani kecil kalah bersaing yg dalam jangka
panjang akan mematikan petani kecil. Tanggapan Anda? Dan solusinya?
Food estate
tidak selalu harus berupa perusahaan yang dimiliki oleh beberapa
pemilik modal saja, tetapi dapat pula dibentuk dari kumpulan
petani-petani yang dikelola oleh suatu management profesional. Untuk
mengembangkan model yang melibatkan lebih banyak petani, masih
diperlukan penguatan kelembagaan petani itu sendiri sehingga dapat
mendukung konsep Food Estate dengan tetap seimbang dan bersinergi antara pengusaha besar dan rakyat/petani kecil.
Selama
ada model kemitraan strategis antara petani besar dan kecil, maka tidak
perlu ada kekhawatiran bahwa petani kecil akan dirugikan. Kemitraan
tersebut berupa:
- Jaminan pembelian bahan baku dari petani.
- Jaminan harga minimum
- Jaminan lahan
-
Pemberdayaan petani melalui peningkatan kapasitas sumber daya
manusia (pengembangan pengetahuan, pelatihan penggunaan teknologi, dll)
- Dan lain-lain
Selain di Marauke, Food Estate juga akan dikembangkan di Kalimantan. Apakah Anda akan ‘berinvestasi’ juga disana?
Kami berpendapat bahwa food estate memang
harus dikembangkan diluar Pulau Jawa yang relatif lebih tersedia lahan
dalam skala besar. Skala pertanian yang besar akan meningkatkan
efisiensi, daya saing, dan nilai tambah dari produk pertanian itu
sendiri. Kembali lagi, apabila usaha tersebut feasible dan bankable,
maka Bank Mandiri akan mendukung. Sampai dengan saat ini, telah banyak
usaha di Kalimantan yang telah kami dukung pembiayaannya.
Peluang-peluang apa saja yang terbuka dari Food Estate Ini?
Banyak peluang yang akan didapat dari program Food Estate apabila semua stakeholders
telah sepakat dan saling mendukung. Semuanya harus bersinergi dalam
satu visi, menciptakan industri pangan yang terintegrasi, saling terkait
satu sama lain dan saling mendukung sehingga menjadi kekuatan bagi
Indonesia.
Contohnya,
untuk mencapai swasembada gula, maka dibutuhkan pembangunan pabrik gula
yang terpadu dengan perkebunan tebu sampai dengan industri yang lebih
hilir pada suatu area yang dikhususkan untuk komoditi tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan pabrik gula yang besar, Bank juga harus memiliki kemampuan melakukan arrangement pembiayaan dengan sindikasi atau cara-cara yang lain sehingga tetap sesuai koridor ketentuan perbankan terutama terkait “legal lending limit”.
Kemudian, jika telah berhasil meningkatkan produksi gula sehingga dapat
terjadi surplus, maka perlu diputuskan apakah kelebihan itu akan
diekspor atau diolah menjadi industri berbasis tebu seperti bioethanol.
Bersamaan dengan itu, perlu dibangun sistem perdagangan baik dalam
ataupun ke luar negeri serta sistem transportasi dan infrastruktur
sehingga kegiatan industri berbasis tebu dapat berjalan lancar.
Setiap
tahap pengembangan industri ini akan membuka peluang bagi perbankan
untuk mendukung melalui pembiayaan maupun jasa transaksi keuangan
lainnya kepada semua pelaku usaha di lingkup food estate tersebut.
Menurut Anda apa saja prasyarat atau prakondisi agar Food Estate ini bisa terwujud?
Menurut hemat kami, hal paling utama untuk mendorong terlaksananya Food Estate adalah
kesepakatan pemangku kebijakan untuk menyediakan obyek investasi yang
“Clean & Clear”. Obyek investasi yang “Clean & Clear” adalah
obyek investasi yang memiliki kepastian hukum, kepastian tata ruang,
dukungan perijinan, rencana infrastruktur, kebijakan harga apakah market price atau regulated price, kejelasan visi pengembangan food estate, dan lain-lain. Kepastian-kepastian yang dihasilkan dari kesepakatan para pemangku kebijakan tersebut akan menjamin seluruh stakeholders untuk menjalankan bisnis di food estate, dan menghilangkan resiko ketidakpastian yang merupakan biaya mahal bagi investor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar