Komisi PBB membentuk World Commission on Environmental and Development (WCED), yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland, pada tahun 1983, dengan anggota terdiri dari berberapa negara, termasuk Indonesia

Potret semakin parahnya kerusakan lingkungan
pengelolaan lingkungan adalah Our Common Future (Hari Depan
Kita Bersama). WCED mendekati masalah lingkungan dan pembangunan dengan sudut
pandang sebagai berikut:
- Ketergantungan (Interdependency)
Hasil kerja dari WCED yang tercacat sampai saat ini dan
digunakan sebagai tonggak dalam
Masalah polusi, penggunaan bahan kimia, kerusakan sumber
plasma nutfah, pertumbuhan kota, konservasi sumberdaya alam, tidak mengenal
batas negara. Mengingat permasalahan saling tergantungan maka pendekatan harus
dilakukan lintas sektor antar negara.
- Berkelanjutan (sustainability)
Sumberdaya alam sebagai sumber bahan baku kegiatan industri,
perdagangan, perikanan, energi, harus dipertimbangkan untuk generasi yang akan
datang.
- Pemerataan (Equity)
Desakan kemiskinan bisa mengakibatkan eksploitasi sumberdaya
alam secara berlebihan, sehingga perlu dilakukan pengaturan untuk pemerataan.
- Sekurity dan Risiko Lingkungan
Perlombaan senjata dan pembangunan tanpa memperhitungkan
dampak negatif kepada lingkungan turut memperbesar resiko lingkungan. Segi ini
perlu ditanggapi dalam pembangunan berwawasan lingkungan.
- Pendidikan dan Komunikasi
Pendidikan dan Komunikasi berwawasan lingkungan dibutuhkan
untuk ditingkatkan di berbagai tingkat pendidikan dan lapisan masyarakat.
- Kerjasama Internasional
Pola kerjasama internasional dipengaruhi oleh pendekatan
pengembangan sektoral. Pertimbangan lingkungan kurang diperhitungkan.
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup ditekankan kesepahaman bersama bahwa,
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat, dan bersamaan dengan itu berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan
mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya”.

Sungai salah satu indikator tingkat kerusakan lingkungan
Beberapa Pendekatan yang telah dibuat untuk mengelola
lingkungan Hidup diantaranya :
Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Management
System) atau EMS
Adalah siklus berkelanjutan dari kegiatan perencanaan,
implementasi, evaluasi dan peningkatan proses, yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga tujuan bisnis perusahaan/pemerintah dan tujuan lingkungan bisa
padu dan bersinergi.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Impact
Assessment) atau AMDAL
Adalah sebuah proses perencanaan yang digunakan untuk
menghitung, memprediksi dan menganalisis dampak nyata dari sebuah proposal
(rencana pembangungan) terhadap lingkungan serta untuk menyediakan informasi
yang bisa digunakan dalam proses pengambilan keputusan apakah proposal tersebut
akan disetujui atau tidak.
Dalam Era Otonomi daerah pemanfaatan Lingkungan Hidup
terkadang terjadi arogansi eksplorasi secara berlebihan demi kepentingan
finansial (PAD), tanpa mempertimbangkan dampak yang bisa ditimbulkan.
Langkah sinergis yang seharusnya dikedepankan antara lain :
1. Visi dan Orientasi
yang menghargai keterbatasan daya dukung lingkungan (pro nature). visi yang demikian diharapkan mampu memadukan
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
2. Daya kritis dan
partisipasi masyarakat, salah satu pendorong penataan lingkungan (environmental
complience) adalah adanya tekanan masyarakat, juga merupakan kontrol terhadap
kebijakan pemerintah.
Oleh karenanya daya kritis dan peran aktif masyarakat sangat
diperlukan dalam proses penyusunan kebijakan dan implementasi, baik secara
langsung melalui organisasi kemasyarakatan maupun lembaga perwakilan rakyat.

Save Our Nature
Jika semua pihak telah memahami dan merasa diikut sertakan
dalam proses pengambilan keputusan, maka perasaan memiliki akan lebih dalam
sehingga upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup menjadi kebiasaan
perilaku sehari-hari.
Peraturan perundang-undangan dan sistem hukum sebagai fungsi
kontrol dan pengawasan harus juga ditegakkan secara tegas sesuai asas kesetaraan
tanpa adanya perbedaan kepentingan ataupun kedudukan, sehingga supremasi hukum
menjadi tolok ukur rasa keadilan dan menghilangkan anomie dalam masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar